Lumpur Lapindo

Minggu, 31 Agustus 2008

TITA ,TKW INDONESIA DIPERLAKUKAN BAK SAPI PERAHAN


Aku geram. Darahku mendidih. Dan tak seorang pun yang bisa mencegahku menyumpah. Tak ! Aku harus menyumpah.Dasar manusia berhati bengis ! Jancu kau ! Bangsat ! Taik babi kau ! Syetan lho ! Puntung api neraka ! Mati kau jadi monyet ! Anak kampang kau ! Iblis ! ( Aku tersengal-sengal, berhenti sejenak ngatur napas. Aku segudang kata sumpah serapah yang bakal kumuntahkan untuk manusia taik anjing itu ! Taik anjing itu !! Puas aku !!! ) Ayo, siapa yang sabarnya tak berbatas ? Omong kosong ! Entah hitungan keberapa, tak terbilang lagi. Nasib TKW Indonesia yang bekerja di luar negeri sangat memprihatinkan, memilukan. Ini informasi dari Kristina Dian Safitry mantan koresponden Tabloid Indonesia Helper dan sekarang koresponden Tabloid Apakabar yang khusus meliput TKW Indonesia berada di Hong Kong. TITA, gadis kelahiran 1986 asal Jawa Timur ini seorang TKW Indonesia, anak buah Kasa Maid Agency, dipekerjakan di sebuah Vila bertingkat tiga 297 Pak Sha Tsuan, Yuenlong. Vila yang dihuni lima anggota keluarga itu, lebih pantas disebut kebun binatang. Ada 30 ekor anjing berkeliaran di area dan di dalam rumah. Marmut 10 ekor dan 7 kelinci juga dibiarkan lepas. Ada pula 11 ekor kura-kura berukuran besar-kecil. Tujuh sangkar yang berisi aneka jenis burung, serta beragam jenis ikan di kolam halaman vila dan akuarium. Tugas TITA merawat rumah dan semua hewan. Tambahan lagi, mencuci mobil, membersihkan rumah tiga tingkat, halaman, menyetrika, masak, dan mencari rumput untuk hewan mamalia. Sang majikan mengultimatum : ia boleh tidur jika seluruh pekerjaan sehari telah beres. Praktis dalam sehari, TITA Cuma memiliki waktu tidur 30-60 menit.

Selama bekerja di dusun itu, TITA tak pernah makan nasi di siang hari. Jatahnya hanya dua lembar roti. Itu pun kalau ia sudah menyelesaikan tugas rutin di pagi hari : menyapu, membersihkan halaman, kolam, menyiram bunga. Kalau belum selesai ia Cuma diberi selembar roti.

Untuk mendapatkan semangkok nasi, TITA harus berjuang keras sehari penuh. Baru sekitar pukul 3-4 dini hari, setelah majikan memastikan tidak ada pekerjaan yang tercecer, ia beroleh nasi. TITA dijadikan kelelawar oleh majikannya. Setiap pukul 1 dini hari pergi membuang sampah memakai troller ke luar area rumah. Pernah saking kantuknya ia terpeset dan jatuh, wajahnya terbentur benda keras mulutnya berdarah dan gigi depannya copot. Dan setiap pukul 2 dini hari, ia berkeliaran di pinggir-pinggir jalan menapaki desa Yuenlong yang sepi, menenteng keranjang rumput mencari rumput segar untuk makanan hewan piaraan. Dan pernah ketika sedang menyetrika , karena kantuknya, ia terlelap persis wajahnya mengenai setrika panas. Wajahnya melepuh. Dari situlah ia memilih menyetrika di pagi hari. Akibatnya ia didenda HK$ 20, dianggap tak mampu menyelesaikan pekerjaan.

TITA tak pernah protes ketika gaji pertamanya hanya tersisa HK$ 3 ( sekitar 3 ribu rp ), karena selain membayar potongan agen, gajinya didiskon majikannya untuk bayar ganti rugi : HK$ 5 jika terlambat bangun, HK$ 20 jika pekerjaan tak kelar, dan untuk beli peralatan mandi.

TITA secara sepihak mendadak di-terminate majikannya dengan alasan ia unfit. Sabtu, 20 Januari 2007, majikannya menggantarkan langsung ke bandara, setelah memberikan paspor dan tiket, sang majikan kabur tanpa memberi pesangon. Jangankan itu, gaji bulan kedua ( gaji akhir ) pun tak ia terima. Padahal sehari sebelumnya, majikannya telah meminta tanda tangan di atas selembar kuitansi, bukti pembayaran gaji sebesar HK$ 3400, tapi duitnya tak diberikan.

Di bandara, kebetulan TITA bertemu BMI, mereka membantu : meng-canscel tiket pesawat, lalu melapor ke Polisi, ambulan pun datang membawanya ke RS Prince Margaret-Mei Fu. Dan diberi suntikan anti-tetanus dan beberapa butir obat.

TITA, gadis malang itu berada di ATKI ( Asosiasi Tenaga Kerja Indonesia ), memulihkan kesehatannya dan minta bantuan untuk menuntut haknya kepada majikannya. TITA bak sapi perahan, kerja 2 bulan hanya 3 rb rp yang dihasilkan. Menyedihkan.***

Wahai Indonesiaku yang malang yang tak dapat menolong rakyatnya yang sengsara

Indonesiaku yang tak mampu menyediakan lapangan kerja di negerinya sendiri

Indonesiaku yang subur kemiskinan, kemelaratan, pemimpin yang buta dan tuli

Lihatlah langit menangis, matahari tersedu, bulan mengisak, bumi yang tinggal kerangka

Kami menangis tak ada lagi mengalir airmata karena kering sudah airmata

Tak ada lain tempat berharap hanya kepadamu Tuhan, jangan kau sembunyi di balik angan-angan

Tuhan lihatlah,

Tangan kami gemetar menadah, hati kami bergetar, mulut kami tak mampu lagi menyeru namamu karena sudah terlalu lelah

Tuhan perkenankan maksud baik kami. Amin.

*** Arsyad Indradi ***

3 komentar:

Bunda Radith mengatakan...

Duh... ngeri iihhh liatnya.
Tidak berperikemanusiaan bgt sich.

Kristina Dian Safitry mengatakan...

makasih bos dah diposting ulang dengan menyebutkan sumbernya. btw,ada yang perlu diklarifikasi nih boz. saya nggak lagi sebagai koresponden tabloid indonesian helper sejak tahun lalu.
tapi sekarang dah pindah jadi koresponden tetap tabloid apakabar yang beredar di hongkong, serta bisa diakses di:http://www.tabloidapakabar.com.

*kemarahanya ingin saya tiru.soalnya saya selama ini takut berkata kasar lewat tulisan,he..he...*

Cumie mengatakan...

duh.. mengenaskan. di akhir nyelip puisi yang bagus banged. bener-bener berbobot jadinya :)