Lumpur Lapindo

Jumat, 23 Desember 2011

Arsyad Indradi diundang ke Jilfest 2011

Jakarta International Literary Festival 2011 (jilfest 2011) 2011 telah digelar pada 6 – 9 Desember 20111, bertempat di Hotel Milinium Sirih Jakarta. Jilfest ini diselenggarakan pemerintah DKI jakarta melalui dinas pariwisata dan kebudayaan, bekerjasama dengan komunitas sastra indonesia (KSI) dan komunitas cerpenis indonesia (KCI). Tema yang diangkat ” Sastra dalam Semangat Persaudaraan dan Multikulturalisme ” dan Jilfest mengangkat nilai – nilai Kesastraan Indonesia di dunia Internasional.
Peserta yang terdiri dari negara – negara Amirika Serikat, Jerman, Austria, Jepang, China, Brunei, Malaysia, Singapura, Thailand dan Indonesia berjumlah seratus peserta yang diundang oleh Panitia Jilfest 2011. Acara Jilfest disamping Seminar Sastra Internasional juga diadakan Pentas Sastra seperti pertunjukan Sastra Lisan Sahibul Hikayat, Musikalisasi Puisi, Pembacaan Puisi, Peluncuran Buku Antologi Puisi dan Antologi Cerpen Karya Peserta Jilfest, Wisata Budaya dan Workshop Penulisan cerpen, puisi dan musikalisasi puisi.
Sederet nama sastrawan pada pesta pembacaan puisi Sutardji Calzoum Bachri, Dimas Arika Mihardja, Arsyad Indradi, Habiburrahman el-Shirazy,John McGlinn, Berthold Damshauser, Nik Abdul Rakib dll.
Pada acara penutupan memberikan kesan dan pesan dari peserta, Arsyad Indradi wakil peserta Indonesia dan Dr.Nick Abdul Rakib bin Nick Hassan wakil peserta Mancanegara.

Jumat, 23 September 2011

Kenduri di Bukit Meratus


Dimas Arika Mihardja Menari Mandau

Arsyad Indradi

Kenduri di Bukit Meratus

Riangriang semesta hyang di bawah bulan di bawah bintang
Hembus napas angin malam
Titian mandurisa buka padang mandurasi
Buka pintu hati merah buka pintu hati putih
Rubuh rebah kayu talikan membuka seluasluas jagat
Dangsanak, Dam beta empunya diri dari tanah pilih
Tanah sekencurjariangau lempung meratus

Di gigir bukit berdiri kaki tunggal
Mendamak anak sima dimasa silam mengayau bumburaya
Menato rawi usia di batubatu punggung bukit
melayat sekian lengser matahari menutup padang senja di pancur airmata
menyimpan suka di guasukma melarutkan lara di guntungluka

Di batas antara rimba dan perbukitan
Dam beta empunya diri gerincing gelang bawu
Menyayapkan ruh limapuluhdua bulu anggang lalu diterbangkan
Puncak bukit membuncah langit

Dinihari
Halimun di parangmaya surya
Balianbalian pada terjaga dari balai adat pusaka
Bertuak di asap kemenyan putih melayang ke puncak bukit

Dam empunya diri dari tanah pilih lempung meratus
Bersayap limapuluh dua bulu anggang
Surup membuka lembayung surya pagi


kssb, 2011
Kado ultah dari Bukit Meratus buat Dimas Arika Mihardja (Dam)


Catatan :
Riangriang = ujaran (bhs dewa)
hyang = Dewa penguasa alam
Titian mandurisa = jembatan (jalan) panjang.
padang mandurasi = padang yang luas
kayu talikan = sejenis pohon beringin
Dangsanak = saudara (kekerabatan)
sekencurjariangau = ungkapan ada tali hubungan kekeluargaan
guntung = anak sungai
gelang bawu = gelan para balian
parangmaya = sejenis santet
Balian = dukun/orang sakti suku dayak
Mendamak = menyumpit/ sumpitan
anak sima = hantu sebangsa tuyul (mengisap darah)
mengayau = memotong kepala secara sembunyi
bumburaya = sebangsa raksasa pemakan mayat
rawi = riwayat

Cahya Surya Mengapung di Pasar Terapung

Arsyad Indradi

Cahya Surya Mengapung di Pasar Terapung
: A – Y

Riak arus sungai Martapura memanggil surya
Gemerlap di puncak ombak mengombak
Cahya di rerumpun bunga ilung mengapung
Merkah didendang kayuh jukungjukung

Dari penjuru sungai kehidupan pun lalu merapat
Melahirkan pasar terapung di dermaga Lok Baintan
Tiada letih mengikat angkat budaya leluhur
Tanah Banjar nan elok dan masyhur

Aku merasa tiada pernah merasakan lagi senja
Pada diriku disini di subuh ini katamu
Fantastik pandangan mata berenang di kaca surya
Aku suka perempuanperempuan murni bersahaja
Di bawah tudung tanggui pesona adat budaya

Kita pun masih mengapung di atas sungai
Seperti tiada mau beranjak dari usainya pasar terapung
Murung bergayut di bola mata
Mengantar satusatu jukung lepas dari dermaga

Kau lalu menyibak air memecah sunyi
Kita merapat membangun dermaga di hati bisikmu
Membangun pasar terapung di alir darah kita
Nafas seanginangin pagi di nafas
Agar senantiasa fantasiaku bermakna sampai ujung usia

Banjarbaru, 19 Sep 2011


Arsyad Indradi - Yvonny De Fretes ( di Pasar Terapung Lok Baintan Kabupaten Banjar Kalsel,seusai Aruh Sastra VIII Kalsel di Barabai HST, 16-19 Sep 2011 )

Sabtu, 11 Juni 2011

Arsyad : Kasihan Kesultanan Banjar



Setelah seniman Sirajul Huda yang mengaku tak diminta izin tarian “Japin Rantawan”
ciptaannya dibawakan tim Kesultanan Banjar di “Tong Tong Fair” Belandan, giliran seniman Kalsel Arsyad Indradi mengaku hal sama. Arsyad Indradi selaku pencipta Tari Semangat Ratu Zaleha yang dibawakan oleh kesenian Sanggar Kesultanan Banjar, mengaku terkejut tariannya dibawakan. “Saya terkejut. Sebab baru sekarang tahu tarian ciptaan saya itu dibawakan ke Eropah. Saya bangga dan sangat senang mendengarnya” ucap seniman tari ini kepada MK, diBanjarbaru,kemarin (2/6). “Namun saya sangat sangat menyayangkan kepada Tim Kesenian Kesultanan Banjar itu yang tak konfirmasi (izin) terlebih dalu kepada saya sampai keberangkatannya” tambahnya.
Menurut Arsyad, hal ini memberikan kesan buruk kepada pihak Kesultanan. Ia menyatakan itu sebagai ketidaksopanan para Tim Kesenian Kesultanan Banjar.
“Kasihan Kesultanan yang tidak tahu-menahu. Dan dalam hal ini menjadi prasangka yang maca-macam dari berbagai kalangan yang tidak paham. Jika tahu adat-istiadat, tentunya Tim Kesenian Kesultanan Banjar ini akan bapadah.” Sesungguhnya aku bukan ingin dihormati ataupun disangka ingin “bakasak” ikut tetapi seyogyanyalah bapadah kepada koreorafernya,”ucapnya.
Arsyad bahkan mengaku berterima kasih dan mengizinkan dengan tulus bila minta izin.”Sebab bagaimanapun juga ini menyangkut nama penciptanya, manakala dibacakan sinopsisnya dan nama koregrafernya sebelum tarian itu ditampilkan. Apalagi setelah diketahui bahwa penari Tim Kesenian Kesultanan Banjar itu penari pemula yang baru belajar, tidak profisional.” ujar Arsyad yang juga dikenal sebagai penyair.
Bahkan Arsyad agak was-was, jangan-jangan ragam gerak Tari Semangat Ratu Zaleha keliru dan tidak menyebutkan namanya sebagai penciptanya atau diganti dengan nama orang lain “Karena aku mengetahui pelatih tari dan semua penarinya bukan penari profisional alias pemula,”ucapnya.
Seharusnya,lanjut Arsyad, Tim Kesenian Kesultanan Banjar (yang bertanggung jawab) memunculkan batang hidungnya guna meminta izin sebelum keberangkatan. “Sebenarnya kejadian ini adalah pembelajaran bagi kita semua bahwa kita harus selalu menjunjung tinggi hak cipta dan menghargai hasil karya seniman. Maaf, bukan seniman dadakan atau seniman tempelan. Agar seni Budya Banjar dan Adat-istiadat Tanah Banjar selalu lestari. Semoga”,pungkasnya ( ananda-kmk).

Sumber : Harian Media Kalimantan,Jumat,3 Juni 2011.

Selasa, 31 Mei 2011

Tari Semangat Ratu Zaleha ke Belanda

Temanku menelponku bahwa dia kaget membaca release di Media Kalimantan (aku lupa tanggal terbitnya),Kesultanan Banjar akan ke Eropah (Belanda) dengan tim kesenian tarinya membawakan beberapa tarian salah satunya Tari Semangat Ratu Zaleha. Dia kaget mengira aku ikut berangkat. Sebab baru saja kami bertemu di rumahku dan tidak tersentuh pun pembicaraan hal ini. Dia tahu tarian itu aku yang menciptanya. Balik aku juga kaget, sebab baru sekarang tahu Tarian ciptaanku itu di bawa ke Eropah, sebelumnya Tim Kesenian Kesultanan Banjar itu tak pernah konfermasi (izin) kepadaku sampai keberangkatannya ke Eropah. Aku agak bangga juga Tarian ciptaanku dibawa, namun sayangnya sebelumnya tidak pernah minta izin kepadaku. Jika tahu adat istiadat dan menjunjung tinggi “Pemangku Adat” tentu Tim kesenian Kesultanan Banjar ini akan “bapadah”. Sesunguhnya aku bukan ingin dihormati dan juga tidak ada sedikit pun niatan handak “bakasak” ikut tapi seyogyanyalah “bapadah” kepada kreatornya. Dan sejujurnya aku sangat berterima kasih dan akan mengizinkan dengan tulus. Dalam hal ini aku juga dapat berpartifasi membantu sewaktu penarinya sedang latihan siapa tahu ada hal-hal yang tidak pas dengan kreograferku. Sebab bagaimana pun juga ini menyangkut nama penciptanya manakala dibacakan sinopsis dan nama kreograpernya sebelum tarian itu ditampilkan. Apa lagi setelah kuketahui bahwa penari Tim Kesenian Kesultanan Banjar itu penari “pemula” tidak profisional.
Setelah temanku menelponku,aku menelpon Mama Rima (Isteri Raja Muda Pangeran Khairul Saleh) betapa kagetnya dan diluar pengetahuan beliau. Dalam hal ini beliau minta maaf dan “bapadah”. Aku mengizinkan dan bahkan mengiringi doa restu.. Tetapi aku tetap minta kepada beliau Tim Kesenian Kesultanan Banjar (yang bertanggung jawab) harus datang kepadaku. Ternyata sampai keberangkatan ke Eropah Tim ini tidak nampak batang hidungnya.
Sesungguhnya ini adalah merupakan pembelajaran bagi kita semua bahwa kita harus selalu menjunjung tinggi hak cipta dan menghargai hasil karya seniman ( bukan seniman dadakan ) agar Seni Budaya Banjar dan Adat Istiadat Tanah Banjar selalu lestari. Semoga. (Arsyad Indradi )

Senin, 30 Mei 2011

Saatnya Sastra Kalimantan “Batajak”


Masih Bertenaga.
Arsyad Indradi,penyair asal Banjarbaru,saat membacakan puisi di arena peluncuran dan bedah buku kumpulan puisi “Pendulang,Hitan Pinus, dan Hujan” karya Ahmad Fahrawi dan M.Rifani Djamhari, di Sanggar Tosi,Banjarbaru beberapa waktu lalu. Arsyad Indradi adalah salah satu penyair gaek Kalsel yang hingga hari ini tetap bertenaga, dan aktif dalam berkarya serta kegiatan kesenian. Hasil kerja monumentalnya adalah saat membukukan puisi karya 142 penyair seluruh nusantara, yang kemudian diberi judul “142 Penyair Menuju Bulan”. Di dalamnya terdapat puisi karya Sutardji Calzoum Bachri hingga penyair Kalsel sendiri. Lantaran kerja kerasnya itu pula, Arsyad Indradi diberi gelar “Penyair Gila” oleh para penyair nusantara.(Ananda KMK)
Sumber : Media Kalimantan, Sabtu 28 Mei 2011

Minggu, 29 Mei 2011

Bawa Tari Ke Belanda Tanpa Izin


* Drs. Sirajul Huda MH. Menurut Sirajul Huda, pihah Kesultanan Banjar tidak pernah meminta izin terlebih dahulu kepada dirinya selaku penata Tari Japin Rantauan. “ Disatu sisi aku bangga karena tari hasil tataanku mendapat kehormatan digelarkan di luar negeri, namun di sisi lain aku kecewa karena tidak pernah dihubungi dan diminta izin sebelumnya,” ucap pria yang kerap disapa Sirajul ini kepada Media Kalimantan Jumat (27/5) kemarin.Selanjutnya klik disini...

Selasa, 03 Mei 2011

Membaca tulisan : Selamat Hari Kartini

Ketika aku mengunjungi http://dakwahit.blogspot.com sungguh blog ini aku suka sekali, penampilannya sederhana namun menarik. Ada beberapa tulisan juga meraik. Tidak ketinggalan aku membaca sebuah tulisan yang berisi kegiatan BEM Fakultas Dakwah IAIN Antasari Banjarmasin memperingati“Hari Kartini” 21 April 2011.
Tulisan itu seperti ini Selanjutnya klik disini

Jumat, 29 April 2011

Arsyad Indradi

Surat Kepada Jeng Kartini

Setiap april aku tak jemu menulis surat
Dan tak berharap banyak untuk dibalas
Apa yang kutulis serupa curahanhati
Seperti halnya suratmu kepada Abendanon

Di April ini aku masih menulis
Tapi tidak seperti biasanya pada sepucuk kertas
Langit lebih leluasa merajut isi batinku
Dan Laut lebih leluasa mengombakkan maksudku

Mungkin kau merenung suratku bertinta merah
Tinta di telaga sejarah
Yang mengalir dari lubang peluru penjajah
Mengalir dari dada perempuanperempuan perkasa Jeng Kustiyah,
Dewi Sartika, Cut Nyak Dien, Cut Nyak Meutia, Ratu Zaleha dan ribuan perempuan perkasa yang luput dari catatan pekerja sejarah
Mungkin juga kau Jeng tafakur suratku lusuh dan basah
Karena larut di airmata perempuaperempuan malang
Pelacur,TKW,perempuan dalam kardus,perempuan kuning, penyadap karet,buruh kelapa sawit,buruh pabrik,pengemis,perempuan simpanan dan ribuan perempuan yang ternista di negeri yang sudah merdeka ini tetapi kehilangan ruh kemerdekaannya

Tanganmu gemetar membuka cermin hidupmu masa lampau
yang tak berdaya melepas pasungan ningratmu
Dan di dalam bilik peradaban purba menulis beberapa pucuk surat kepada sahabatmu di Belanda
seperti halnya perempuan penyair menulis sajak
menyuarakan hatinurani kaum perempuan
menyuarakan nasib buruk negeri ini

Berkalikali kubaca tulisan penutup suratmu yang kau layangkan padaku Jeng :
Yang lebih pantas hari perempuan bersejarah itu adalah “Hari Ibu”


kssb,21 April2011

Selasa, 26 April 2011

SENI DORONG KESADARAN BERMAKNA


Oleh: HE. Benyamine

Diam, kata yang seakan menjadi penuntun sekaligus ekspresi utama pada pergelaran malam seni (23/4/11) yang diselenggarakan Sanggar Ar-Rumi Martapura dan KNPI Kabupaten Banjar yang didukung oleh STAI Darussalam Martapura, Kelompok Halilintar Banjarmasin, dan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pendidikan dan Olahraga Kabupaten Banjar di Gedung Balai Pemuda Barakat. Diam dengan berbagai ungkapan bentuknya yang terungkap dalam dramatisasi puisi, tari, dan teater monolog secara tersirat menjadi tema pergelaran tersebut. Diam bukan berarti tidak bergerak, atau kehilangan mimpi-mimpi yang menjalar dalam pikiran dan hati, yang mampu terus mendorong untuk mempertahankan daya hidup meskipun terus mengalami hegemoni dan pembungkaman Selanjutnya klik disini

Senin, 21 Maret 2011

BANJAR BUKAN KESATUAN ETNIS TETAPI KESATUAN POLITIK


Oleh Mudjahidin S


PENGANTAR:

Pernah terjadi dalam percaturan politik di Nusantara ini, masalah perbedaan agama dan etnik dijadikan sebagai kendaraan politik oleh kalangan elite politik untuk menguasai daerah. Contohnya di KalTeng bahkan sebelumnya di Kalimantan Barat dan Pada tahun 2002 menyusul konflik berdarah antar etnik-etnik oleh kalangan tertentu telah dicoba mencetuskan konflik antar agama,di kobar2kan atas nama Agama terutama antara penganut agama Islam dan penganut agama Kristen di samping antara etnik Banjar yang disebut di Kalimantan sebagai Urang Banjar dan etnik Dayak.dan bahkan soal sepele akhir2 yg lalu di Tarakan/Kaltim di bawa-bawa soal suku-untungnya tidak separah tragedi Sampit Alhamdulilah, kita hal-hal seperti itu jangan lagi terulang di Bumi Kalimantan ini, jangan sampai kita cepat terpengaruh oleh isu-isu yang menyeret kita perpecahan, zaman sekarang ini kita semua Waspada karena Budaya Dajjal sudah turun di bumi ini Selanjutnya Klik disini ...

Selasa, 15 Februari 2011

BEKANTAN DIRUNDUNG BIMBANG (Tanggapan Tulisan Syarifuddin R)



Oleh: HE. Benyamine

Bekantan dirundung bimbang, sepertinya memang begitu keadaannya, karena betapa masih kurangnya alasan dalam pembangunan (rencana) patung tetapi juga pandangan terhadap keberadaan bekantan itu sendiri yang seakan dapat digantikan dengan patung saja sebagai bukti bahwa hewan jenis ini pernah dinyatakan paling banyak populasinya di Kalimantan Selatan sehingga menjadi pijakan menjadikannya sebagai maskot fauna daerah, yang meskipun punah nantinya. Selanjutnya klik disini ...

Selasa, 04 Januari 2011

Nalam Buat Yessika


Arsyad Indradi

Nalam Buat Yessika

Adakah lebih sanggama dari putik bunga
Dari kupukupu beribu warna
Kelopak romansa aroma semarainya
Tapi tibatiba jadi terbang kepak melayanglayang
Taman sukma jadi bayangbayang

Sejak kita di beranda itu Yessika
Kita pun tak pernah mampu menutup rawi kita
Yang tak habis ditulis dendamnya rindu
Saat berkaca pada jatuhnya tetes airmata
Yang selalu luput menafsir bahasa cinta

Sui Lan bisikmu lalu menatap cakrawala
Siapa meniti awangemawan yang berarak
Hatiku berkacakaca :
Duhai dua jiwa satu raga, satu jiwa dua raga
Tangan kita erat bergenggaman

Lalu kita pun melabuh sampan
Dari Barito dari Batanghari
Lalu kita dendangkan nalam kita :
( Sui Lan ) : Tebing mana menyimpan selaksa duka
Seloka luka
Kayuh bersimpuh
Mencari kemana riak arus pupus
( Yessika ) : Karang mana menyimpan selaksa duka
Seloka lara
Rindu yang luruh
Mencari kemana tempat berteduh
( Sui Lan ) : Barito mengalirkan dalamnya anganangan
Sungai tak ada lagi persinggahan
Putri junjung buih bermandi buih
( Yessika ) : Batanghari mengalirkan dalamnya impian
Sungai tak ada lagi tepian
Putri mayang bermandi mayang

Konon sampan itu Yessika masih juga berlabuh
Seperti tiada pernah sangsi mencapai muara ”DAMAI”
Aku masih ingat sayang kau menarik napas panjang

kssb,2 Jan 2011
(”DAMAI” = DAM-AI =Dimas Arika Mihardja –Arsyad Indradi)

Klik disini Melihat Komentar - Komentar ...

Senin, 03 Januari 2011

Jalan Kembali Membentang

oleh Arsyad Indradi

Jalan Kembali Membentang

Mengosongkan bilik hati jadi ruang hampa
Jadi altar riwayat usia
Jiwa menyulut malam pijar memancar
Menyibak awan dalam jagat kelam
Api harapan dalamanya anganangan

Debar tumpah kenangan resah
Saat puput terakhir membuka gerbang kehidupan
Menatap antara keduanya masihkah ada cinta
Altar basah airmata sisigan impian
Tuhan beri aku lagi jalan

Beri aku zikir pada musafir
Beri aku doa pada fakir
Biarkan aku gila mengejar cahaya kerinduan
Mengejar cahayamu tuhan

“Enampuluhsatu lilin merah tiuplah
Padamkan ruang hampa padamlah segala dendam
Kembali melangkah jejak perjalanan panjang
Kaukah kado masa depan sayang”

kssb,31 Des 2010 (Mlm Ultahku ke-61)

• Kaos Hy-Munk Banjarmasin, Kayla Untara, Elis Tating Bardiah dan 16 lainnya menyukai ini.

Komen :

Eva Irine Irma Suryanie :
Smoga di Tahun 2011, pian ttp sehat wal afiat & ttp berkarya


Tuditea Masditok :
Tuhan beri aku lagi jalan...di setiap pertigaan...di setiap perempatan...genggam aku dalam kehangatan...di antara dzikir dan sujud di tengah malam....salam hormatku abah...:)

Eva Irine Irma Suryanie :
Kami sekeluarga " Mengucapkan Selamat Ulang Tahun Smoga panjang umur & tetap sehat selalu "

Hamami Adaby mat ulang tahun buat Arssyad In, Ben juga nitip pesan supaya tapakkur menatap kelambu malam, hahaha


Harie Insani Putra :
Salam sukses...maju terus pantang mundur...


Dimas Arika Mihardja
JALAN KEMBALI MEMBENTANG
: untuk Arsyad Indradi

kerikilpasiraspal telah merelakan jadi jalan, abah
terbentang lapang di depan rumah ke luas sajadah
...butirbutir pasir di laut telah merisalahkan jejak sui lan
bibirnya yang basah dijilat lidah riak dan ombak
di pantai ini sementara bersandar sampan dan perahu rindu
bersilancar menuju pulau paling jauh

lorong gang dan aneka persimpangan
tak lelah merisalahkan sketsa perjalanan
jejak kaki, tapak hati, gelegak sansai
berlari menuju puncak bukit menjadi cericit pipit
yang menyambut cahaya mentari
yang berdendang kompangan di dada sepi

abah, ayolah kembali melangkah
kembali mengunyah kuaci biji matahari
kembali bergandengan tangan dengan sui lan
kembali merajut luka menjadi puisi
kembali menyanyikan wangi melati
kembali ke kesadaran diri

jalan kembali terbentang
jalan kembali memasuki ruang pertapaan
jalan kembali menapaki kehidupan
jalan kembali ke kesunyian
jalan kembali membentangkan kegilaan
jalan kembali ke jalan paling jalan
kembali ke asal muasal kejadian

bengkel puisi swadaya mandiri, 2011


Monique Wien'z :
waaaah..maaf terlamat ini..selamat ulang tahu bang arsyad..semoga di tahun yang akan dilewati,langkah abang senatiasa penuh keberkahan dari ALLAH SWT dng limpahan berkah kesehatan yang baik,rejeki yang barokah dan sisa umur kian penuh rahmat..amin... *salam hormat penuh sayang*

Tato A Setyawan :
selamat ulang tahun abah, panjang umur dan selalu sehat, terus berkarya


Faradina Izdhihary :
Abah, selamat milad. Mohon maaf telat... maklum liburan malah repot nganter anak2 dan mudik. Ini baru sj pulang

Rama Prabu :
Beri aku zikir pada musafir
Beri aku doa pada fakir
Biarkan aku gila mengejar cahaya kerinduan
Mengejar cahayamu tuhan

...makrifat para sufi dari tanah kalimantan....rahayu...rahayu...!

Rini Intama :
kutemani engkau meniupkan lilin merahmu itu
dengan cinta yang tersimpan di dada
kubisikkan engkau, Selamat ulang tahun semoga sehat dan selalu dalam lindunganNYA, Amin salam sayang dan hormatku

Anggie Sri Wilujeng :
Biarkan aku gila mengejar cahaya kerinduan
Mengejar cahayamu tuhan
Semoga sinarNya senantiasa mengiringi kedamaian Om Arsyad.

Wilu Ningrat :
‎^^^
HAIKU "INDRADI"

flamboyan senja
semburatkan tembaga
...akulah waktu!
__________________________
selamat mensyukuri milad ye Om

Nani Tandjung Full :
selamat ulang tahun Bro, nanti,jika diberi waktuNYA, aku menyusul di agustus hehehehe sehat selalu ya.....


Sulis Gingsul Semoga :
Arsyad Indradi panjang usia dan sehat selalu


Kayla Untara usia ini merekam jejak tapak selama enam puluh satu tahun...
biarlah lilin tak pernah kau tiup dan apinya tak padam
sebagaimana nyala di dadamu dan hatimu...

Sainul Hermawan : menggetarkan




Saidy Poetra Panambayan
selamat ultah Pak Arsyad.I. Semoga sehat dan bahagia selalu, serta tetap selalu berkarya.


Arsyad Indradi :
Terima kasih sahabat-sahabat batinku.Salam sayang semuanya semoga kita selalu dalam lindungannya dan tak pernah surut semangat berkarya.Amin.


Wah, ketinggalan ni, dah Maret baru lihat dan baca puisi ultah abah, semoga
bahagia ter us ya, salam De

Minggu, 02 Januari 2011

Sekuntum Pagi Untuk Arsyad Indradi




oleh Rama Prabu

: arsyad indradi [kado ulang tahun]

malam mana yang tak melunaskan perjalanan panjangmu*)
sedang fajar pagi menghitung jumlah sajakmu
lewat jendela kamar dan hamparan kebun bunga
sebelah rumah riwayat kata-kata

nun ditimur
dibalik sutra halimun*)
gugusan bintang gemintang turun dirambutmu
membasuh tetes risau dari rindu
menyemayamkan jejak putih di uban wangimu

wajah senjamu selalu bilang bagaimana esok hari
aku mesti merangkai tubuhmu**)
menjahit kelopak sunyi lewat isyarat seribu burung terbang
lewat kalalatu yang mayang dipunggung kenang
bunga kertas yang disulam jadi romansa
dan berharap aku simpan di jambangan cinta

kini, tapak kaki dijalan puisi telah mendulang kasih abadi
ritus-ritus putaran menetap dibebatu sunyi
karena wajah senjamu telah berkata:
dibalik rangkaian bahasa yang berlimpah maka disitulah dusta cinta ***)
dimana kita menatah tebingnya jadi tiang tebu merah
rahasia birahi seorang majnun ditaman kasih

note:
*) puisi sekuntum pagi, arsyad indradi, 1981
**) puisi bunga kertas, aryad indradi, 1973
***) puisi mendulang cinta, arsyad indradi, 1993

Bandung, 30 Desember 2010 Melihat Komentar - Komentar klik disini ...