Lumpur Lapindo

Sabtu, 22 September 2012





18 Puisi Cinta Arsyad Indradi di Panggung Bundar Minggu Raya Banjarbaru, 21 September 2012. Baca Puisi Cinta dan Pantun se Kalimantan Selatan

Minggu, 26 Agustus 2012

Rangkaian Kehidupan Puisi Arsyad Indradi



( Bagian 2/Habis )

Oleh : Tarman Effendi Tarsyad

JAUHKAN FATAMORGANA DI MATAKU

Mengapa aku selalu berpaling dari tatapan
Karena aku tak ingin lagi terperangkap
Sebab aku telah membaca semesta
Aku tak pernah lagi percaya pada nasib
Maka meski terus berjalan
Larat yang paling penghabisan
Adalah efitap rampungan segala jejak
Mengembalikan nafas

Dan tak lagi mengenang
musafir mengarung dunia ini
kecuali membungkus tulang belulang
dengan asmamu.

Bbaru, 2007 Selengkapnya klik di sini ...

Sabtu, 25 Agustus 2012

Rangkaian Kehidupan Puisi Arsyad Indradi

( Bagian 1 )

Oleh : Tarman Effendi Tarsyad

Arsyad Indradi lahir di Barabai, 31 Desember 1949. Arsyad Indradi termasuk penyair generasi 1970-an. Menulis puisi baik dlam bahasa Indonesia maupun bahasa Banjar. Kumpulan puisi tunggalnya dalam bahasa Indonesia yang sudah terbit, antara lain, Nyanyian Seribu Burung ( 2006a ), Romansa Setangkai Bunga ( 2006b ), Narasi Musafir Gila ( 2006c ),Anggur Duka (2009). Kumpulan puisi tunggalnya dalam bahasa Banjar dan terjemahan dalam bahasa Indonesia yang sudah terbit, antara lain Kalalatu ( 2006 ) dan Burinik (2009).Selengkapnya klik disini...

Rabu, 06 Juni 2012

PEMBERONTAKAN IDEALIS RUH “SANG PENYAIR GILA”

Oleh : Awan Hadi Wismoko

Anak seorang polisi ini sangat diharapkan orang tuanya, meneruskan tradisi keluarga untuk menjadi seorang polisi. Dialah Arsyad Indradi sang penyair gila. Perjalanannya di bidang seni dan sastra sebenarnya dimulai sejak SMP, beberapa puisi tentang budaya banjar, alam kalimantan, religi, juga tentang kritik sosial telah diciptanya. Kesungguhannya untuk mencari jati diri dilakukannya saat beliau berani meninggalkan Asrama Pendidikan Kepolisian di hari pertamanya. Beruntung pelariannya tidak berujung di dunia yang penuh dengan kesesatan dan tipu daya tapi terseret masuk dalam dunia seni yang mungkin sudah ada dalam niatan kalbunya. Selengkapnya klik disini...

Senin, 02 April 2012

Epilog : Pendaran dan Pengendapan nilai-nilai ”cinta” dalam teks puisi karya Rama Prabu.


Oleh: Dimas Arika Mihardja

….jantungku dari patahan biola
dan suaraku denting pesona para pencinta
simphoni pengukur ruah mantra dari sebuah orchestra ….

(“Mantra Bosanova”)

Penggalan larik puisi karya Rama Prabu bertajuk “Mantra Bosanova” ini tampaknya mewakili keseluruhan esensi estetis dan sekaligus tematis puisi-puisi yang terangkum dalam buku ini. Rama Prabu melakuka reinterpretasi maha karya Ramayana lalu merentangpanjangan jalan “cinta” hingga ke masa kini. Topik puisi yang digubah oleh Rama Prabu dapat diklasifikasikan dalam lima kategori berikut (1) tanggapan penyair terhadap masalah edukasi dalam pengertian luas, (2) tanggapan penyair terhadap masalah filosofi hidup dan kehidupan, (3) tanggapan penyair terhadap masalah moral masyarakat, (4) tanggapan penyair terhadap masalah keindahan, dan (5) tanggapan penyair terhadap masalah agama dan keyakinan. Rama Prabu sebagai bagian dari komunitas cendekiawan dan budayawan Indonesia menaruh perduli terhadap masalah edukatif, filosofis, etis, estetis, dan religius.Selengkapnya klik disini


Kamis, 15 Maret 2012

Penyair “ Gila “ dan Blogger Tertua

Kompas,Jumat, 17 Februari 2012

Arsyad Indradi
Penyair “ Gila “ dan Blogger Tertua

Pada usianya yang ke-63 tahun, Arsyad Indradi terus berkarya. Lebih dari 1.000 judul puisi telah ia hasilkan. Sejumlah rekan menjulukinya sebagai penyair “gila”. Baru-baru ini komunitas blogger di Tanah Air juga telah menobatkan dirinya sebagai blogger tertua di Indonesia.

Oleh : Defri Werdiono

Abah Arsyad, begitulah ia biasa dipanggil. Di kalangan sastrawan Kalimantan Selatan, sosok pensiunan pegawai negeri yang beken dengan rambut panjang ini sudah tidak asing lagi. Ia sudah malang melintangdi dunia sastra sejak puluhan tahun silam.Selengkapnya klik disini ...

Rumahku, Ruang Inspirasiku

Media Kalimantan,Minggu,5 Februari 2012


Kata sebagian orang, rumahku adalah surgaku. Ada pula yang mengatakan , rumahku istanaku. Namun, lain lagi dengan rumah versi Si “ Penyair Gila “, Arsyad Indradi ini. Pria elahiran 31 Desember 1949 ini mendefinisikan, rumah sebagai ruang inspirasinya untuk melahirkan berbagai macam puisi dan tulisan lainnya.
“ Rumahku, ruang inspirasiku” begitu Arsyad berkata ketika dikunjungi Tim Rumah Kita di kediamannya, Jalan Pramuka no.16 RT 03 RW 09 Banjarbaru.
“ Ruamahy juga sarang untuk mengistirahatkan badan. Dirumah kami menyusun rencana kehidupan , membawa dan menyelesaikan segala permasalahan. Serta tentunya, di rumah inilah tempat berkumpulnya sanak keluarga.” lanjut Arsyad.
Tinggal bersama isteri, tiga orang anak dan dua cucunya, mkeluarga sastrawan satu ini tampak begitu kompak. Seluruh dinding rumahnya dilapisi car berwarna ungu. Katanya, seisi rumah memang sangat menyukai warna ungu. “ Cocok, seisi rumah suka dengan warna ungu,” tuturnya. Selengkapnya klik disini...