Lumpur Lapindo

Senin, 25 Agustus 2008

SESEPI INIKAH 17 AGUSTUS DIUPACARAKAN ?


Dulu, aku masih ingat waktu masih duduk di Sekolah Rakyat (SR) sekitar tahun 60-an, begitu meriah dan hidmatnya upacara Hari Kemerdekaan RI. Peserta upcara di hadiri oleh pejabat pemerintah, pelajar, mahasiswa, pemuda, pegawai negeri, angkatan bersenjata, tokoh – tokoh masyarakat, tetuha adat, semua anggota organisasi massa, semua anggota partai – partai politik, bahkan rakyat diundang tak diundang dari pelosok pedesaan dari kampung, dari kota berbondong – bondong dengan jalan kaki membanjiri lapangan upacara. Tak mengenal panas atau hujan mereka berpayung dengan payung, kain sarung, daun pisang atau dengan apa saja agar jangan kepanasan atau kehujanan. Ini karena semangat dan patriotisme kecintaan terhadap Indinesia dan ingin mendengar pidato dari Presiden Soekarno lewat radio yang diletakkan di atas podium. Gegap gempita teriakan “ Merdeka “.

Tetapi setelah usia Kemerdekaan Indonesia semakin tua, dari tahun ke tahun dari orde ke orde upacara yang hidmat dan penuh sakral ini semakin sepi. Lebih – lebih lagi di zaman orde reformasi ( ? ) ini upacara Hari Kemerdeekaan RI dan juga Hari – Hari Nasional lainnya dilaksanakan hanya tidak sesungguh hati dan lapangan upacara kelihataan semakin lengang. Peserta upacara hanya dipenuhi oleh. pelajar, sebahagian kecil mahasiswa, sebahagian kecil anggota Pramuka, pegawai negeri, pejabat pemerintah dan angkatan bersenjata. Dimana anggota ormas dan parpol ? Kecuali petingginya di dalam tenda.

Sungguh, melihat kenyataan ini bagaimana nasib Indonesiaku yang tercinta ini sudah tidak banyak lagi yang berjiwa patriotisme. Semoga Tuhan memberikan petunjuk dan jalan yang lurus bagi mereka yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Amin *** Arsyad Indradi ***

Tidak ada komentar: