Lumpur Lapindo

Selasa, 26 Agustus 2008

DI ATAS LANGIT ADA LANGIT

Seseorang berpakaian parlente. Dia ingin menyeberang lewat sungai yang luas menuju sebuah parlemen. Satu-satunya jalan adalah menyeberang menumpang getek ( sampan penyeberangan ). Dia menumpang getek Pakacil ( sebutan untuk paman ).

Seseorang : Pakacil, sampean sekolahnya lulusan apa.

Pakacil : Aku cuma lulusan SR (sekolah rakyat). Tidak bisa melanjutkan sekolah. Hidupku habis mencari napkah menghidupi keluargaku. Melanjutkan sekolah biayanya sangat mahal apa lagi biaya kuliah.

Seseorang : Wah hidup sampean rugi. Kita perlu mencari kepintaran untuk menyelamatkan hidup. Hidup saya terus mencari kepintaran. Dirapat-rapat, diskusi-diskusi aku jagonya. Apa lagi dalam kampanye pamilu orang-orang kagum padaku. ( Seseorang itu terus memaparkan segala kepintarannya. Pakacil Cuma manggut-manggut. Sementara getek berada di tengah sungai ).

Pakacil : Bapak pintar berenang ?

Seseorang : ( kaget tapi disembunyikan ) O itu. Aku tidak bisa berenang.

Pakacil.: Ah sayang Bapak tidak bisa menyelamatkan hidup Bapak karena dari tadi getek ini bocor dan sebentar lagi akan karam.

( Mendengar itu, seseorang itu benar-benar ketakutan dan panik. Sedang Pakacil tak tampak lagi karena dia dengan cepat berenang menuju tepian ).***Arsyad Indradi***

3 komentar:

Ryan mengatakan...

tidak semua kemampuan atau keahlian bisa digunakan pada satu waktu
semua da tempatnya masing2 :D

Kristina Dian Safitry mengatakan...

menurut saya ini sebuah renungan. meski saya jadi tersenyum karna ingat naik getek tapi sambil nangis. takut dimakan buaya,he..he..*buka kartu masa kecil*

PuJa mengatakan...

membacanya, saya jadi terharu disamping geli, mengingatkan saya sewaktu kecil, naik perahu dengan dua teman sepermainan, perahu itu mengguling dan karam, kedua teman saya bisa berenang, Alhamdulillah tuhan memberikan penyadaran buat saya sekilat itu juga (yang sewaktu belum bisa berenang) dengan lantas saya merangkak di dasar sungai dan Alhamdulillah sampai tepian. sungkem hormat bagi sampean pak, dariku yang muda... (maaf berpanjang lebar di sini)... Nurel Javissyarqi