Lumpur Lapindo

Rabu, 27 Agustus 2008

BAYI LAKI-LAKI TEWAS MENCEKIK LEHERNYA SENDIRI

Sebuah kisah yang tragis !!! Adalah bernama Janin, Ariari dan Kawah dalam kandungan bundanya, sedang terlibat perdialogan.

Janin ngotot ,” Aku ndak mau jadi penghuni bumi , aku mau tetap tinggal di sini. Selamanya !” jeritnya. “ O dik kamu harus lahir. Tak mungkin tak lahir. Tubuhmu makin membesar dan Garba Bunda hanyalah sebuah ruang terbatas, tak akan cukup lagi untuk menampung kau, Garba Bunda bisa meletus dooorrr... dooorrr Seperti balon yang kepenuhan udara’” kata Kawah. “ Bila kau dalam kandungan lebih dari sembilan bulan, kau akan seperti anak babi yang disebut genjik, atau anak kerbau yang disebut gudel atau anak sapi yang disebut pedhet. Kau mau disamakan dengan anak-anak binatang itu ?”

Biarin. Emang gue pikirin.. E-Ge-Pe !” Janin makin bersikeras. “ E, genjik itu hanya bisa molor,ngompol, bau pesing, gudel itu bodo-plonga-plongo,pedhet itu bisanya hanya nyusu,menthil dan pemalas. Apa kau yang ganteng dan cerdas mau disebut begitu ?”.

“E-Ge-Pe ! Lebih baik begitu dari pada anak manusia !”

“E, dengarin. bumi sekarang tidak seindah dulu. Bumi sekarang mengerikan. Gundul tak ada lagi hutan raya zamrud karena dibabad para pelaku illegal logging. Akibatnya banjir dan longsor dimana-mana, menyengsarakan umat manusia. Bumi sudah kelewat diperkosa, dicangkul, dibor,hingga membanjirkan lumpur panas menenggelamkan banyak rumah, banyak desa, juga menghancurkan masa depan anak-anak. Aku ogah ditelan banjir, apalagi terkubur lumpur panas...hiiii.Ogaaah aaahhh!.”

“ Dari mana kau tahu itu ? sela Kawah dengan pedih.

“ Dari layar TV, kulihat lewat pori-pori perut ibu yang terlapis kain tipis transparan,” sahut Janin. “ Lalu apa lagi yang kau lihat dari layar TV ?”

“ Kalau kusebutkan satu persatu tidak selesai dalam semalam. Aku ngeri !..suara Janin terdengar serak menahan rasa ngeri. “ Apa saja yang membuatmu ngeri ?”

“ Jumlah koruptor terus meningkat,pengadilan yang tidak adil,harga sembako terus membubung, langkanya minyak tanah dan minyak goreng, banyak kasus batita dan balita yang dibunuh ibunya, bayi-bayi yang mati karena kurang gizi...” sahut Janin

“Tapi, kau tidak akan kekurangan gizi, Dik. Bunda bintang film yang laris-uangnya segunung.Ayah kita pengusaha sukses, dijuluki konglomerat muda. Hidup bakal terjamin..” “Aku tak mau jadi anak Ayah dan Bunda.Aku malu ! protes Janin,hingga mengejutkan kedua kakaknya. “ Malu ? “ kedua kakaknya serempak. “ Ya jelas malu dong.Aku terkait dengan karir mereka.” ujar Janin. “ Maksudmu ?” tanya Ariari.” Jangan berpura-pura tidak tahu,” ujar Janin sinis. Kawah dan Ariari membiarkan Janin terus bicara agar ia merasa lega. “ Ibu jadi pemain film laris bukan karena mutu aktingnya. Tapi karena keberaniannya untuk buka-bukaan baju. Ia tidak malu memamerkan lekuk-lekuk tubuhnya. Ayah jadi pengusaha sukses karena dimodali para pejabat hitam, dapat proyek-proyek KKN ...” “ Jangan begitu dik, ayah banyak menyumbang yayasan pendidikan,bea siswa,memperbaiki sekolah-sekolah yang roboh, mendirikan perpustakaan,menyumbang korban bencana alam. Mana bisa ayah beramal kalau hanya jadi pengusaha kelas ecek-ecek ?” kata kakaknya. “ Untuk membantu orang lain, tidak harus kaya dulu. Berikan apa yang kita punya, seperti Bunda Teresa. Kalau kau tidak bisa memberi makan seratus orang, berilah dulu makan untuk satu orang. Kita tak perlu memaksakan diri, apa lagi yang diamalkan itu uang haram ! “.

Protes keras Janin sia-sia. Pisau operasi besar telah membedah perut Bunda untuk mengeluarkan Janin yang telah 10 bulan dalam kandungan. Tubuh Janin mengeras. Jika Bunda tidak dioperasi besar ia akan meninggal bersama Kawah serta Ariari akan mati layu membusuk. Oek ...oek...ooooekkk ... ooooekkk ! Tangis Janin melengking berkepanjangan. Ketika berhenti sejenak, ia memanggil - manggil Kawah dan Ariari dengan bahasa yang hanya mereka mengerti.

“ Aku ingin jadi anak asuh mahasiswa yang kritis, para penggerak reformasi negeri ini! teriaknya. “Dik, para mahasiswa kritis sudah tidak ada lagi. Mereka entah di mana sekarang. Tapi Tuhan akan terus menjagamu, karena Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang, juga – Al Muhayimin, Maha Memelihara. Percayalah Dik !.” kakak-kakaknya memberi nasihat, untuk membesarkan hatinya. Agar ia berani menjadi hidup di atas bumi.

Oek ... oek ... oooooooekk...oek ...oekkkk ...okkkk kekkkk ! Lengkingan tangis Janin tiba-tiba terhenti oleh suara :kekkkkkk ngiiiik !

Pagi harinya tragedi Janin menjadi head=line berbagai surat kabar ibu kota :BAYI LAKI-LAKI TEWAS MENCEKIK LEHERNYA SENDIRI.*** Arsyad Indradi ( Cuplikan dari Cerpen “ JANIN “ karya Naning Pranoto )

4 komentar:

Riri mengatakan...

waduh... ternyata bayinya pinter, enak tinggak di surga daripada dilahirkan katanya..he.he

Kristina Dian Safitry mengatakan...

ini sindiran apa advokasi ya bos. otakku kok gak menjangkau gini ya?hueeeehe...

Kristina Dian Safitry mengatakan...

Pikiranku setajam belati
Tapi tangan tak daya menggores kata
responmu membuatku mati rasa.

jangan sentuh pikiranku wahai lelakiku
bukankah engkau garis pelangi yang bisa kupandang tanpa bisa kusentuh

berhentilah dilorong itu
jangan ajak khayalku menari lagi
aku letih
dan izinkan kuletakkan pena diatas meja usang ini

cahpesisiran mengatakan...

ibu si bayi siapa ya?? penyanyi dangdut bukan? wkwkwkkwk..
salam kenal. pian urang banua kah, atau urang jawa?