Lumpur Lapindo

Selasa, 24 November 2015

Asal Usul Haiku Berpola 5 – 7 – 5


: Arsyad Indradi

Pada tahun 1602,di mana pemerintahan shogun Tokugawa Ieyasu di  Edo (Tokyo),   berkembanglah Haikai No Renga sajak yang berpola 5-7-5-7-7-, yakni sejenis puisi berantai. Di batang tubuh Rengga ini tedapat dua bagian.

Bagian pertama adalah hokku, yang berfungsi sebagai sajak pembuka dan mencerminkan keseluruhan ini.  Bagian kedua adalah haikai. Yang merupakan  bagian isi yang berupa sajak berantai dimana biasanya berisi perihal keagamaan atau kehidupan istana. Haikai bisa mencapai 100 hingga 200 bait.
Haikai No Renga hingga abad ke-17 sangat popular di Jepang yang sering dipertunjukkan di istana kaisar dan di dalam prlombaan.

Tetapi seiring perkembangan zaman di tahun 1890an (abad ke -20) , seorang sastrawan Jepang bernama Masaoka Shiki, menggagas melepaskan Hokku dari rangkaian sajak Haikai No Renga.  Maka dikenallah nama Haiku, yang menjadi sajak bebas yang berdiri sendiri.
Sejak itulah haiku jadi popular di Jepang. Karena sebagian besar penyair Jepang
lebih mudah menuangkan gagasan dalam tiga baris haiku yang singkat, daripada menulis puisi panjang.

Walaupun hokku (haiku) melepaskan diri dari Haikai No Renga, namun masih berpegang pada ketentuan berpola baris pertama 5 suku kata, baris kedua 7 suku kata dan baris ketiga 5 suku kata, yang ketiga barisnya itu berjumlah 17 suku kata.  Dalam haiku masih terjaga kigo dan kirejinya.
Di samping yang berpola  5-7-5 ada juga yang memakai pola 5-5-7 dan 7-5-5 yakni haiku yang dinamakan  “kumatagari”. Tetapi umumnya memakai pola 5-7-5.

Haiku ternyata bukan saja populer di Jepang tetapi popular juga ke Negara lain di dunia termasuk juga di  Indonesia.****


Salam Haiku Indonesia.

Tidak ada komentar: