Lumpur Lapindo

Rabu, 24 Desember 2008

Astagfirollah !


Dimasa lampau sebelum tahun 70-an dimana perayaan 17 Agustus, Hari Kemerdekaan RI dirayakan sedemikian meriah, penuh semangat kebangsaan dan rasa syukur. Pada waktu itu partai – partai politik dengan seluruh massanya penuh semangat patriotisme membanjiri lapangan upacara hidmat mengikuti upacara. Masing – masing partai mempertunjukkan drum bandnya memeriahkan suasana seusai upacara. Bendera- bendera partai menjadi dekorasi yang indah disetiap pelosok kampung dan kota. Tetapi setelah tahun 70-an yakni di zaman Orde Baru keikut sertaan massa partai – partai politik mulai menipis apa lagi pada masa itu jumlah partai politik masing-masing berfusi menjadi tiga partai yang didominasi oleh salah satu partai paling kuat. Setelah Orde Baru tumbang, di era Reformasi bertumbuhanlahlah partai – partai politik seperti jamur dimusim hujan. Namun banyaknya partai ini ternyata massanya tak ada yang menghadiri upacara kecuali petinggi partainya pun berada di tribon atau di dalam tenda.
Sungguh ini suatu penomena di mana jaman sudah berganti rupa. Di zaman Reformasi ini jiwa patriotisme juga sudah berubah menjadi ambisi pemburu kedudukan dan jabatan. Di masa kampanye seluruh partai mengerahkan massa dan pendukungnya untuk memenangkan partainya, memenangkan calegnya. Spanduk, pamplet, poster, baliho, yang berisikan gambar – gambar caleg seruan, ajakan, rayuan, slogan, janji – janji, dipancang dimana-mana. Bagi – bagi baju berlabel partai. Bahkan diam – diam ada yang bagi - bagi uang. Apa pun caranya masyaallah semua ditempuh dengan tidak lagi memperhatikan etika dan estetika. Yang penting adalah mendapat kemenangan. Ada partai yang menyatakan dirinya bersih dan ada yang membawa-bawa agama, padahal partainya itu tidak sama sekali mencerminkan agama.
Ya Allah yang lebih miris lagi, ada partai yang menyatarakan partainya dengan “ Ka’bah “. Ka’bah adalah tempat yang maha suci bagi umat Islam se dunia.
Astagfirollah ! **** Arsyad Indradi.

Tidak ada komentar: