Lumpur Lapindo

Selasa, 02 Desember 2008

Arsyad Indradi

MALAM PENUH RIWAYAT

: Diah Hadaning


Masih terjaga ketika kau berkata : Kita bukan bayang yang tenggelam
dalam tabir kelamnya. Biarkan hanyut, melata seperti ular.
Lidahnya menjulur melahirkan riwayat dan matanya
Lihatlah meneteskan sajaksajak yang bertuak
Bertuak sepanjang malam. Aku mabuk dalam bulan Meimu
Mabuk kembangapi muncrat dari usiamu yang panjang
Aku berbisik : Izinkan aku mencium aroma tanganmu


Malam itu beribu riwayat. Tak lelah sedikit pun menatap lalulintas
jalan kehidupan sepanjang Cikini Raya
sampai TIM itu kelelap tenggelam seribu diam
Kita kemudian terus juga berjalan sepanjang trotoar
dan bertambat di lobi Alya Hotel, kembali bersulang


Kita bersitatap : Sungguh masih begitu bening bola matamu
Lalu kita mencuci impian digema azan dini hari
Dan kau berkata : Sungguh eloknya surya bangkit nun di timur
Bulan Mei selalu ada di bulan Desembermu : bisikmu penuh rahasia
Lalu berlari masuk bus dan lenyap dari pandangan


Di seberang jalan aku masih berdiri menatap bayangan
yang semakin menebal dalam kenangan


Jakarta, 2007

Tidak ada komentar: