Lumpur Lapindo

Selasa, 20 Januari 2009

Kemampuan Anak Bergelombang

Oleh : Aliansyah Jumbawuya ( Wartawan Serambi Ummah )

Penyair Igbal pernah mengatakan, betapa banyak anak – anak yang pintar di kelas ternyata berjatuhan dalam ujian kehidupan. Kenyataan ini seyogyanya patut menjadi renungan bagi orang tua.

Tidak jarang terjadi karena orang tua berambisi anaknya dapat rangking kemudian diikut sertakan les. Kadang mereka pulang ke rumah sampai jam 5 sore. Padahal, sebelumnya di sekolah mereka sudah capek. Tak ada lagi waktu untuk istirahat.
“ Anak kalau terlalu dipres, akhirnya dia bisa jenuh. Bukan lagi menerima pelajaran, malah kebingungan sendiri,” komentar Arsyad Indradi.“ Bahkan, lanjutnya, ada anak yang setiba di rumah, sepatu belum lagi dilepas, buku dilempar, langsung merebahkan tubuh di ranjang.Tak lama kemudian ketiduran dengan masih mengenakan baju seragam, akibat kelelahan.
“ Sebenarnya ikut les itu bagus-bagus saja, tapi jadwalnya diatur jangan sampai terlalu padat. Apalagi maksud les itu sekadar pengayaan, sebab guru yang ideal itu memberikan pelajaran sesuai target kurikulum,” ujar Pengawas Seni Budaya Dinas Pendidikan Kabupaten Banjar ini. Karena itu, Arsyad Indradi menyarankan sebaiknya anak diikut sertakan les pada bidang tertentu saja yang kurang dikuasainya. Yang penting itu, sambungnya, menumbuhkan minat anak untuk belajar. Bila belajar sudah menjadi kebutuhan anak, dia akan berinisiatif sendiri untuk memperkaya wawasannya. Misalnya, mencari bahan-bahan pelajaran di internet. Bagus lagi, anak setiap hari belajar dan meresume.
Sebagai orang yang bergelut puluhan tahun di dunia pendidikan, Arsyad sering memperhatikan anak-anak yang jenius kebanyakan saat istirahat selalu di perpustakaan. Mereka membaca buku sambil mendengarkan musik.
“ Ada paradigma lama, apabila hendak ujian baru bahimat(giat) belajar, padahal cara seperti itu sangat merugikan. Akibat terlalu tinggi malam belajar, akhirnya mengantuk,” kritiknya. Anak yang pintar, kata Arsyad, dua hari menjelang ujian justru istirahat, tidak belajar lagi. Ia mengumpulkan energi supaya pas ujian fit, karena sebelumnya tiap hari sudah belajar.
Setiap orang tua wajar mengharapkan anaknya dapat rangking di kelas. Tapi, jangan lupa melihat kondisi anak seperti apa. “ Kalau takaran anak terbatas, jangan dipaksakan. Kasihan dia. Yang penting anak naik kelas atau lulus ujian,” tegas mantan Kepsek SMKN 1 Gambut ini.
Apalagi prestasi dan kemampuan anak itu bergelombang, kadang bisa jatuh, dan di lain waktu bangkit lagi. “ Intinya, kalau fisik anak sudah lemah jangan dipaksa, itu menyiksa namanya,” wanti-wanti Arsyad Indradi. Sebaliknya, kalau anak memang berpotensi dan punya minat besar untuk rangking adalah kewajiban orang tua untuk memotivasi, imbuh penyair kondang Kalsel ini. ****

Dimuat di Tabloid Serambi Ummah Jumat, 16 Januari 2009.

Tidak ada komentar: