SYAIR GURHAH
Siapa membaca syair gurdah
Di tengah malam ketika bulan memancar
Rumahrumah dan pepohonan pada tafakur
Menyingkap liriklirik yang dihampar angin
Mataku berlinangan membaca diri
Di alun terbang
Dalam dendang doa dan pujian
Bulan memancar
Bulan penuh di dalam dada
Memancar Subhanallah
Kemana kita menyempurnakan harapan
Ke sana kita menghadap menyerahkan diri
Banjrbaru, 2006
SENJA LURUH
Dangau sesak dengan cahaya redupredup
Persawahan yang lama terbengkalai
Dia terhampar di atas tumpukan jerami
Duhai lama nian menunggu
Cepatlah lepaskan tali kehidupan
Cepat ambili
Ruh yang turun di atas bumi
Yang mengandung bau cendana
Menghembus liar di padang banta
Langit berawan habiskan selaksa belalang
Terbang menjelajahi padang ilalang
Ambil daku yang membuat cinta
Yang aku sendiri merindu
Penat tiada terkira
Menanggung dalam raga
Duhai ambilkan semua warna ruhku
Ciuman kasih dan nista
Aku silau dalam cahayaku yang lelah
Burungburung kehilangan pengepak sayap
Langit dan hutan membungkus ruhku
Masuk dalam mimpi abadi
Banjarbaru, 2004
MUSAFIR
Tidak lebih yang kupinta cuma doa
Melunaskan airmata harikehari
Yang jatuh ke jejak langkah
Setiap aku menulis risalah
Perjalanan dalam puisi
Doa adalah titian
Penyeberangan
Menuju batas
Kembali ke akhir
Menyempurnakan nafas
Banjarbaru, 2006
KEMARAU
Siapa menghentak kurungkurung
ke penghabisan suara burung
jalan setapak mencari batas
hari beruap panas
menyusur suara keririang memilu
di selasela kayukayuan
sewaktu matahari menusuk
Ketika menyeberang guntung
kau berkata :
Siapa yang menghentak kurungkurung
di penghabisan suara burung
senantiasa panas menggantang
Tanah huma seperti siput dipepes
sunyi tiada berdaya
dalam letupan buah para
dikunyah matahari
Banjarbaru, 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar