Minggu, 23 Maret 2025

 Dari antologi Narasi Musafir Gila (karya Arsyad Indradi )

Dibacakan pada Tadarus puisi Banjarbaru,Sabtu malam 16 Maret 2025

Arsyad Indradi
Narasi Ayat Batu
Kubelah ayat ayat batumu di kulminasi bukit
Yang terhampar di sajadahku
Kujatuhkan ditebing tebing lautmu
Cuma gemuruh ombak dalam takbirku
Angin mana di gurun gurun beribu kafilah
Dan beribu unta yang tersesat di tepi tepi hutanmu
Dan bersaf saf dioasis bumimu yang letih
Kuseru namamu tak henti henti
Di ruas ruas jari tanganku
Yang gemetar dan berdarah
Tumpahlah semesta langit
Di mata anak Adam yang sujud di kakimu
Banjarbaru, 2000

Arsyad Indradii
Zikir Senja
Tak terbaca lagi ayat ayat
Yang kau hamparkan sepanjang perjalanan
Menuju rumahmu
Tak mungkin kembali
Menangkap Alip Lam Mim dari pintu bumi
Kandang domba domba yang lapar
Semakin jauh berjalan
Kecurigaan langit
Menybunyikan bintang bintangmu
Bulanmu bahkan matahari mu
Kecurigai laut
Menyentuh kakiku
Buih buih merajah paus mu yang kian punah
Jasadku unta unta
Rohku kafilah kafilah
Di gurun gurun bukit Thursina
Kecurigai rumahmu lengang
Kucurigai mengapa kau tunggu aku
Di Jabal Rahmah
Aku
Anak Adam
Yang tersesat di sajadahmu

Banjarbaru,2000




 Dari : Antologi Puisi bertajuk " Kamar " karya Arsyad Indradi

Tanah Lot Pada Kamar 5
Di senja itu di Tanah Lot
Di puncak ombak yang gemuruh mengejar tebing batu
Sayup sayup lenguh angin menyimpan warna senja manakala matahari jatuh
dalam pelukqn bibir laut
Aku masih di sini tak ingin sedikit pun beranjak menatap seluas luas laut
Menatap sukmamu nun di kaki langit di putih buih ayat ayat utsaha dharma.
Seusai ombak melontar pantai
Sepi yang risau sekeras jerit tebing batu di batinku
Menjadiikan sukma ragaku luruh di pasir pasir
Buih buih merajah seluruh tubuh
Angin yang melenguh di rambutku melaras mantram tri sandya
Tanah Lot sudah tidak bersenja lagi
Aku yang kehilangan manusia di tubuh fana
Di goa yoga aku bersoja
Sekuntum kemboja kau sunting di telinga kananku kau pasak sebutir beras
di antara ke dua keningku secupak air pura menyiram wajahku
Kau sucikan manusiaku yang berklesa
Setiap aku merindu
Tanah Lot ini memberi jendela kamar menatap seluas luas laut
Menatap sukmamu nun di kaki langit di putih buih ayat ayat utsaha dharma.
Bali, 2011