Dari Antologi Haisi " Sangin Duyung Tanah Meratus "
haisi ( 詩俳句 ) ke-41
: Memoriam Ayah Bunda
spektrum naga di langit
usai gerimis
dimana kala tangisan kecil dipelukan ibu memecah sunyi
dikesunyian burung burung di hutan kehilangan rimba
angin lembut di gugus dedauan haur di gigir sungai
serupa dendang ibu mengayun ayunan bapukung
dendang di tengah hari
sholawat rasul
mendengar gemercik sungai kala teman bermain
teringat maha pahlawan, ibu dan ayah kandung
kala bendera setengah tiang pesannya :
jangan pernah bakawan tujuh turunan dengan penjajah
dengan penghianat bangsa
dengan penipu yang selalu mengatas namakan rakat
melihat seseorang pakaian lusuh hidmat hormat pada bendera setengah tiang
sampai gerimis itu berhenti
orang orang tidak mengenal kakek renta itu
atau memang telah melupakannya ?
di makam ayah bunda
melantun yassin
kerlip bintang kejora
pelagu stanza
untaian lirik mengusap seraut wajah
kala denting itu di kulminasi octavo
Lan Lan gumam pelagu stanza itu
di asap lilin merah
malam setanggi
berlari di atas tuts tuts piano berlari
di jalan kehidupan jalan maha duka
malam semakin malam
denting piano
dari balai rumian
kenduri huma
adab kekerabatan bergotong royong turun temurun
akhlak terpuji tertanam dalam darah dan daging
tertanam dalam jiwa : Adil Ka'Talino Bacuramin Ka'Saruga
Basengat Ka'Jubata
mamalas tanah banyu
bahuma tugal
mengusir segala penyakit dan hama perusak
menumbuhkan roh roh padi yang memakmurkan tanah banua
salawat Sahaya Hyang Raja Batara mengukus kukus bagiuk
tandik balian di panggung lalaya bamamang di tujuh batang padi
di tujuh gulung rotan pengikat daun bintarung daun tamparakai
dalam filosofisnya : rezeki berlimpah
mamalas tanah huma
makmur banua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar