Sabtu, 10 Agustus 2024

 

Apakah Haisi itu ?

: Arsyad Indradi

Haisi ( 詩俳句 ) adalah perpaduan yang harmonis antara haiku ( 俳句 ) dengan puisi bebas ( 一般詩 ). Haiku ( 俳句 ) adalah juga puisi (berasal dari Jepang) tetapi terikat dengan ketentuan, pola tuangnya 5-7-5, berkigo (季語 penanda musim ) dan berkireji (切るmemotong  ) , pendek, padat. Sedang puisi bebas ( 一般詩 ) tidak terikat dengan pola tuang dan sebagainya. Haiku dapat dikatakan merupakan inti dari puisi bebas itu. Lihat haisi berikut ini :

Panorama Dusun


 fajar menyingsing

embun di ujung daun

pelan menetes

 

langit lembayung tatkala fajar menyingsing

dikeheningan semesta embun di ujung daun jatuh menetes

seekor capung merah terjaga

kemilau manik manik di tubuhnya

 

semesta hening

kala fajar menyingsing

zikir di surau

 

dusun Haruyan serupa dalam selimut sutra

sebab halimun pecah berderai

dan zikir di dalam surau itu

syahdu di semilir angin

 

Alhamdulillah

nafas masih mengalun

melihat fajar

 

aku membuka jendela

lembayung itu memberi panorama dusun

seperti ayat ayat dalam firmannya

Subhanallah

 

Banjarbaru, Des 2022

 

Dari Antologi Haisi " Sangin Duyung Tanah Meratus "

haisi ( 詩俳句 ) ke-41
 
Maha Pahlawan
: Memoriam Ayah Bunda
 
pelangi pagi
spektrum naga di langit
usai gerimis
 
usai gerimis menapak jalan menuju dusun rumah ilalang
dimana kala tangisan kecil dipelukan ibu memecah sunyi
dikesunyian burung burung di hutan kehilangan rimba
angin lembut di gugus dedauan haur di gigir sungai
serupa dendang ibu mengayun ayunan  bapukung
 
ayun pukungan
dendang di tengah hari
sholawat rasul
 
mengalir air mata mendengar dendang dedaunan haur
mendengar gemercik sungai kala teman bermain
teringat maha pahlawan, ibu dan ayah kandung
kala bendera setengah tiang pesannya :
jangan pernah bakawan tujuh turunan dengan penjajah
dengan penghianat bangsa
dengan penipu yang selalu mengatas namakan rakat
 
hari itu aku terharu dan takjub
melihat seseorang pakaian lusuh hidmat hormat pada bendera setengah tiang
sampai gerimis itu berhenti
orang orang tidak mengenal kakek renta itu
atau memang telah melupakannya ?
 
pagi yang cerah
di makam ayah bunda
melantun yassin
 
Banjarbaru, 202
 
haisi ( 詩俳句 ) ke-42
 
Pelagu Stanza
 
malam setanggi
kerlip bintang kejora
pelagu stanza
 
di atas tuts tuts  piano
untaian lirik mengusap seraut wajah
kala denting itu di kulminasi octavo
Lan Lan gumam pelagu stanza itu
 
rindu bergayut
di asap lilin merah
malam setanggi
 
cinta yang silam membangkitkan kenangan
berlari di atas tuts tuts piano berlari
di jalan kehidupan jalan maha duka
 
angin berembus
malam semakin malam
denting  piano
 
Banjarbaru, 2024
 

 
haisi ( 詩俳句 ) ke-43
 
Kenduri Tanah Huma
 
iii...laaah ... bamamang
dari balai rumian
kenduri huma
 
dayak memegang teguh adat gawi sabumi
adab kekerabatan bergotong royong turun temurun
akhlak terpuji tertanam dalam darah dan daging
tertanam dalam jiwa : Adil Ka'Talino Bacuramin Ka'Saruga
Basengat Ka'Jubata
 
adat bawanang
mamalas tanah banyu
bahuma tugal
 
darah manuk dalam tempurung mengalir ke tanah huma
mengusir segala penyakit dan hama perusak
menumbuhkan roh roh padi yang memakmurkan tanah banua
salawat Sahaya Hyang Raja Batara mengukus kukus bagiuk
tandik balian di panggung lalaya bamamang di tujuh batang padi
di tujuh gulung rotan pengikat daun bintarung daun tamparakai
dalam filosofisnya : rezeki berlimpah
 
iii... laaah bawanang
mamalas tanah huma
makmur banua
 
Banjarbaru,2024
 

Sabtu, 03 Agustus 2024

Arsyad Indradi




30 kota lebih di Indonesia bersama laskar PMK baca "Puisi Menolak Korupsi" di Blitar, Palu, Pati, Ngawi, Surabaya, Serang, Purwokerto, Indramayu, Pekanbaru, Purworejo,Banjarbaru,Jember, Semarang Amuntai, Kotabaru, Lubuk Linggau dll.

 

Dari Antologi Haisi "Sangin Duyung Tanah Meratus.


haisi ( 詩俳句 ) ke-39

 

Hati Merindu

 

suara air

di sela batu batu

sungai di Upau

 

suara tonggeret di kebun karet sesekali suara letupan buah para

di kesunyian jalan menuju dusun Upau

di sisi hutan gemericik air sungai gemericik sampai ke dalam jiwa

membasuh kenangan lama

 

kenangan lama

makan humbut bangkala

mata mengaca

 

rumpun bambu di angin yang lembut serupa mamang balian

mengasap harumnya bahiuk putih

iii laaah ngalih mancari palungsur ngalih mancsari tatamba

hati nang merindu

kala kembang ilalang diusap angin Yasmin gumamku

 

angin berhembus

kembang lalang melayang

ke sungai Upau

 

Banjarbaru, 2024