Lumpur Lapindo

Senin, 30 Mei 2011

Saatnya Sastra Kalimantan “Batajak”


Masih Bertenaga.
Arsyad Indradi,penyair asal Banjarbaru,saat membacakan puisi di arena peluncuran dan bedah buku kumpulan puisi “Pendulang,Hitan Pinus, dan Hujan” karya Ahmad Fahrawi dan M.Rifani Djamhari, di Sanggar Tosi,Banjarbaru beberapa waktu lalu. Arsyad Indradi adalah salah satu penyair gaek Kalsel yang hingga hari ini tetap bertenaga, dan aktif dalam berkarya serta kegiatan kesenian. Hasil kerja monumentalnya adalah saat membukukan puisi karya 142 penyair seluruh nusantara, yang kemudian diberi judul “142 Penyair Menuju Bulan”. Di dalamnya terdapat puisi karya Sutardji Calzoum Bachri hingga penyair Kalsel sendiri. Lantaran kerja kerasnya itu pula, Arsyad Indradi diberi gelar “Penyair Gila” oleh para penyair nusantara.(Ananda KMK)
Sumber : Media Kalimantan, Sabtu 28 Mei 2011

2 komentar:

Raji abkaR mengatakan...

Batajak,itu suatu keharusan sastra kalimantan punya ciri khas,beda dengan sastra jawa atau lainnya.Ini kita,orang Borneo juga punya sastra

Raji abkaR mengatakan...

Ya,sudah saat sastra kaliamtan batajak.Kalautidak sekarangh kapan lagi.Salam sastra