haisi ( 詩俳句 ) ke-25 ( dari Antologi Haisi "Sangin Duyung)
Kamis, 08 Mei 2025
Adakah Yang Dirindu dan diburu ?
( Tiga Sisi Tautan Hati )
Memoriam buat : DH - DAM
sms buat dh :
angin semilir
harum mewangi gondosuli
di pagi yang cerah kuterbangkan rindu,
tapi gerangan apa berita tiada kunjung jua ?.
salam dari dinda ai
ketek berlabuh
di sungai Batanghari
seloka pagi
sms pada dam :
entah kemana kanda dh
hanya tercium aroma bunga
disemilir angin
dam membalas :
lihatlah ketek melaju di cahya surya pagi
arus mengombak didendang seloka tanah pilih
adakah yang dirindu dan diburu ?
teruslah menderu bersama waktu
di angin pagi
setangkai gondosuli
berayun ayun
sms dari dh :
langit biru tapi berawan.
angin lembut di pohon kembang.
hati rindu, menyeberang lautan,
ingin bersambut syair dan tembang.
salam september dari kanda dh
Bjb, 10/24
**** dam = Dimas Arika Mihardja
dh = Diah Hadaning
ai = Arsyad Indradi
Tanka karya Arsyad Indradi
2
tiada kata
selain merenungi
diri yang fana
kala senja bersilam
dan lembayung pun kelam
3
kolam yang bening
koi beraneka warna
berenang renang
ku tak ingin beranjak
hilang risau di benak
4
tidak bermusim
mawar merah merekah
dalam vas bunga
tiap tetirah malam
harum aroma cinta
5
air menetes
dari atap yang bocor
kamar membasah
sore itu merenung
diri semakin renta
6
mengintip cupang
yang sedang bersembunyi
di balik batu
menangkap satu momen
pesona di tubuhnya
7
di pintu waktu
membuka jejak langkah
jalan bersimpang
langit tiada bintang
bergumul dengan bimbang
8
lembayung surut
kala mentari silam
hari pun malam
lirih suara kodok
di tebing tebing sungai
9
pelagu itu
langkah sepanjang jalan
nyanyian rindu
langit tergantung mendung
tak berarti ‘kan hujan
10
beranjak fajar
burung burung berkicau
mengucap syukur
di kulminasi cinta
di situ kasih sayang
11
dan rerumputan
runduk melepas senja
salam yang takzim
damainya dusun itu
dalam kumandang azan
12
seteguk air
cukup dahaga rindu
pejalan jauh
jejak adalah cinta
langkah adalah doa
13
lewat kebun teh
ke dusun kelahiran
di lereng gunung
rindu gemercik sungai
rindu kicauan murai
14
melintas rawa
takjub suara katak
nyanyian alam
di bunga bunga kangkung
kerumun kunang kunang
15
alun suara
hentakan kurung kurung
Hiyang Batara
ritus balian bawo
meminta turun hujan
Minggu, 23 Maret 2025
Dari antologi Narasi Musafir Gila (karya Arsyad Indradi )
Dibacakan pada Tadarus puisi Banjarbaru,Sabtu malam 16 Maret 2025
Arsyad Indradi
Narasi Ayat Batu
Yang terhampar di sajadahku
Kujatuhkan ditebing tebing lautmu
Cuma gemuruh ombak dalam takbirku
Angin mana di gurun gurun beribu kafilah
Dan beribu unta yang tersesat di tepi tepi hutanmu
Dan bersaf saf dioasis bumimu yang letih
Kuseru namamu tak henti henti
Di ruas ruas jari tanganku
Yang gemetar dan berdarah
Tumpahlah semesta langit
Di mata anak Adam yang sujud di kakimu
Banjarbaru, 2000
Arsyad Indradii
Zikir Senja
Tak terbaca lagi ayat ayat
Yang kau hamparkan sepanjang perjalanan
Menuju rumahmu
Tak mungkin kembali
Menangkap Alip Lam Mim dari pintu bumi
Kandang domba domba yang lapar
Semakin jauh berjalan
Kecurigaan langit
Menybunyikan bintang bintangmu
Bulanmu bahkan matahari mu
Kecurigai laut
Menyentuh kakiku
Buih buih merajah paus mu yang kian punah
Jasadku unta unta
Rohku kafilah kafilah
Di gurun gurun bukit Thursina
Kecurigai rumahmu lengang
Kucurigai mengapa kau tunggu aku
Di Jabal Rahmah
Aku
Anak Adam
Yang tersesat di sajadahmu
Banjarbaru,2000
Dari : Antologi Puisi bertajuk " Kamar " karya Arsyad Indradi
Tanah Lot Pada Kamar 5
Di senja itu di Tanah Lot
Sayup sayup lenguh angin menyimpan warna senja manakala matahari jatuh
dalam pelukqn bibir laut
Aku masih di sini tak ingin sedikit pun beranjak menatap seluas luas laut
Menatap sukmamu nun di kaki langit di putih buih ayat ayat utsaha dharma.
Seusai ombak melontar pantai
Sepi yang risau sekeras jerit tebing batu di batinku
Menjadiikan sukma ragaku luruh di pasir pasir
Buih buih merajah seluruh tubuh
Angin yang melenguh di rambutku melaras mantram tri sandya
Tanah Lot sudah tidak bersenja lagi
Aku yang kehilangan manusia di tubuh fana
Di goa yoga aku bersoja
Sekuntum kemboja kau sunting di telinga kananku kau pasak sebutir beras
di antara ke dua keningku secupak air pura menyiram wajahku
Kau sucikan manusiaku yang berklesa
Setiap aku merindu
Tanah Lot ini memberi jendela kamar menatap seluas luas laut
Menatap sukmamu nun di kaki langit di putih buih ayat ayat utsaha dharma.
Selasa, 21 Januari 2025
Langganan:
Postingan (Atom)