: Arsyad Indradi
Haiku atau hokku
adalah puisi pendek dari Jepang
yang muncul di akhir zaman Muromachi, namun berkembang ketika memasuki zaman
kinsei (disebut juga sebagai zaman Pra Modern). Zaman ini dimulai pada tahun
1602 yakni, sejak shogun Tokugawa Ieyasu sebagai pemegang tampuk pemerintahan
memindahkan pusat pemerintahan ke Edo.
Pelopori haiku adalah Matsuo Basho (1644-1694), Onitsura (1661–1738),
Yosa Buson (1716–1783), Kobayashi Issa (1763–1827) dll.
Puisi pendek yang bernama Haiku ini terdiri tiga baris menggunakan pola 5-7-5, yaitu : pada baris pertama 5 suku kata, baris kedua 7
suku kata dan baris ketiga 5 suku kata,
semua baris itu berjumlah 17 suku kata. Haiku ini merupakan haiku klasik,
karena ketat dengan ketentuan yang ada pada zaman itu. Haiku klasik ini tidak
mengenal judul. Di dalam haiku harus mengandung kigo yaitu penanda musim dan kireji adalah kata
yang dipakai untuk memotong frase atau berfungsi sebagai pemenggal ungkapan.
Dalam perkembangannya, orang Jepang sendiri tidak merasa
puas dengan haiku klasik, karena, bahasa dan isi yang terkandung dalam haiku
tidak lagi sesuai dengan pesatnya perkembangan zaman. Banyak orang tidak lagi
mengikuti haiku klasik. Mereka mengganggap bahwa haiku klasik yang punya aturan
baku, terkesan kaku dan palsu. Mereka memilih dan mengikuti aliran Masaoka
Shiki (1867-1902) yang merupakan seorang pembaharu yang merevolusionerkan haiku
Jepang menjadi haiku modern.
Haiku mulai tersebar di seluruh dunia setelah berakhirnya
Perang Dunia Ke-2 yakni pada awal abad ke 20. Dalam tahun 1905, sebuah
antologi haiku dalam bahasa Perancis telah terbit. Setelah itu, haiku terus
berkembang ke negara Eropa yang lain. Akhirnya ke Amerika Serikat, Brazil dan
tempat-tempat lain, di negeri-negeri Amerika Latin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar