Dimas Arika Mihardja Menari Mandau
Arsyad Indradi
Kenduri di Bukit Meratus
Riangriang semesta hyang di bawah bulan di bawah bintang
Hembus napas angin malam
Titian mandurisa buka padang mandurasi
Buka pintu hati merah buka pintu hati putih
Rubuh rebah kayu talikan membuka seluasluas jagat
Dangsanak, Dam beta empunya diri dari tanah pilih
Tanah sekencurjariangau lempung meratus
Di gigir bukit berdiri kaki tunggal
Mendamak anak sima dimasa silam mengayau bumburaya
Menato rawi usia di batubatu punggung bukit
melayat sekian lengser matahari menutup padang senja di pancur airmata
menyimpan suka di guasukma melarutkan lara di guntungluka
Di batas antara rimba dan perbukitan
Dam beta empunya diri gerincing gelang bawu
Menyayapkan ruh limapuluhdua bulu anggang lalu diterbangkan
Puncak bukit membuncah langit
Dinihari
Halimun di parangmaya surya
Balianbalian pada terjaga dari balai adat pusaka
Bertuak di asap kemenyan putih melayang ke puncak bukit
Dam empunya diri dari tanah pilih lempung meratus
Bersayap limapuluh dua bulu anggang
Surup membuka lembayung surya pagi
kssb, 2011
Kado ultah dari Bukit Meratus buat Dimas Arika Mihardja (Dam)
Catatan :
Riangriang = ujaran (bhs dewa)
hyang = Dewa penguasa alam
Titian mandurisa = jembatan (jalan) panjang.
padang mandurasi = padang yang luas
kayu talikan = sejenis pohon beringin
Dangsanak = saudara (kekerabatan)
sekencurjariangau = ungkapan ada tali hubungan kekeluargaan
guntung = anak sungai
gelang bawu = gelan para balian
parangmaya = sejenis santet
Balian = dukun/orang sakti suku dayak
Mendamak = menyumpit/ sumpitan
anak sima = hantu sebangsa tuyul (mengisap darah)
mengayau = memotong kepala secara sembunyi
bumburaya = sebangsa raksasa pemakan mayat
rawi = riwayat
2 komentar:
waow....takajut ulun....
masih g percaya bahwa yg menari itu adl pak DAM, bukan hsl photoshoop.
hehehe......asyik kali ya, bila pak DAM menari mandau betulan lalu di rekam dan di ul di fb.
Senang Pak DAM tentunya menerima kado Pak Arsyad. Foto di Sungai Martapura itu betul-betul membuat saya ingin datang merasakan pasar terapung---seperti di Bangkok. Barangkali, sekalian bisa bertemu Pak Indradi. Salam karya.
Posting Komentar